Sejarah Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Hadiah dari UEA

Sejarah Masjid Raya Sheikh Zayed Solo menjadi informasi penting yang cukup menarik untuk disimak. Selain terkenal dengan arsitekturnya yang indah, destinasi wisata religi yagn satu ini juga menjadi simbol persahabatan antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. 

Masjid yang megah dan berada di wilayah Gilingan, Banjarsari, Solo ini dibangun sebagai tiruan dari Masjid Sheikh Zayed Grand Mosque yang ada di Abu Dhabi. Masjid ini merupakan hadiah dari Putra Mahkota UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan.

Sejarah Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

Kota Solo tak hanya dikenal sebagai surga belanja dengan beragam destinasi menarik, namun kini juga semakin populer berkat hadirnya ikon wisata religi terbaru, yaitu Masjid Raya Sheikh Zayed.

1. Latar Belakang Pembangunan 

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan simbol persahabatan antara dua negara, yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA). Masjid ini merupakan hasil hubungan baik antara Presiden Joko Widodo dan Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Saat itu beliau menjabat sebagai Putra Mahkota dan kini menjadi Presiden. Nama “Sheikh Zayed” berasal dari tokoh pendiri sekaligus Presiden pertama Uni Emirat Arab. Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dibangun sebagai miniatur dari Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi.

Luas bangunan Masjid hanya seperempatnya dari masjid asli dengan nama yang sama di UEA. Masjid ini menghadirkan kemegahan arsitektur Timur Tengah dalam skala yang lebih kecil dan disesuaikan dengan budaya lokal. 

2. Arsitektur dan Desain Bangunan 

Salah satu keistimewaan dari Masjid Raya Sheikh Zayed Solo terletak pada elemen lokal yang dimasukkan ke dalam desainnya. Dalam sejarah Masjid Raya Syekh Zayid Solo, masjid ini bukan hanya sekedar replika dari masjid megah di Abu Dhabi.

Akan tetapi juga mengusung nilai-nilai budaya Indonesia. Salah satu contohnya adalah penggunaan motif batik kawung pada lantai selasar yang melambangkan kesempurnaan dan filosofi Jawa. Di ruang utama shalat, terdapat karpet khusus dengan warna biru dan sogan.

Sogan merupakan warna khas batik Solo. Tak hanya itu, di area serambinya kamu akan menemukan deretan kubah yang desainnya sangat menyerupai bagian selasar Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

3. Detail Interior dan Ornamen Islami 

Interior masjid didominasi oleh ukiran marmer dengan warna keemasan yang sebenarnya berwarna madu sebagai lambang kemakmuran dan kejayaan. Di atas serambi masjid, terdapat banyak kubah yang meniru desain masjid aslinya. 

Asmaul husna diukir rapi di atas marmer memperindah keseluruhan ruang. Setiap dindingnya dipenuhi ornamen islami yang dibuat dengan detail tinggi. Masjid ini memiliki koleksi Al-Qur’an istimewa yang merupakan hadiah dari Presiden Jokowi. 

Naskah suci tersebut ditulis tangan oleh seorang dosen dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) yang berlokasi di Wonosobo. Menariknya, huruf “ba” pada awal Al-Qur’an dan huruf “sin” di akhir ditulis tangan oleh Presiden Jokowi sendiri.

4. Kapasitas dan Fasilitas Masjid 

Masjid ini dirancang untuk menampung sekitar 10.000 jamaah dalam satu waktu, dengan luas keseluruhan area yang memungkinkan kapasitas hingga 15.000 jamaah secara total. Di bagian utamanya berdiri megah sebuah kubah besar setinggi 65 meter.

Empat menara tersebut masing-masing memiliki tinggi 75 meter. Selain digunakan untuk beribadah, halaman masjid yang luas juga sering dimanfaatkan oleh wisatawan untuk bersantai sambil menikmati keindahan arsitektur. 

Masjid Raya Syekh Zayid Solo tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik, tetapi juga turis mancanegara, seperti Osamu Ikeda dari Jepang. Osamu Ikeda datang langsung karena ingin merasakan suasana ramadhan dan menyaksikan kemegahan masjid ini.

4. Kegiatan Ramadhan dan Kajian Islami 

Selama bulan Ramadhan, Masjid Raya Sheikh Zayed Solo menjelma menjadi pusat keramaian kegiatan keagamaan yang khidmat dan sarat makna. Setiap harinya, masjid  menggelar kajian islam rutin ba’da zuhur yang terbuka untuk umum.

Menjelang waktu berbuka, ribuan jamaah dari berbagai daerah berkumpul untuk menikmati buka puasa bersama, dengan tak kurang dari 7.000 porsi makanan berat dan ringan yang disediakan setiap hari secara gratis.

Ada juga pertunjukan seni islami seperti hadroh, silat tradisional, hingga dalang cilik. Sekitar 30 menit sebelum berbuka, jamaah diajak untuk menyimak lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh imam-imam internasional dari Uni Emirat Arab.

6. Dukungan dan Sponsor Internasional 

Dalam sejarah Masjid Raya Syekh Zayid Solo, peran Zayed Foundation dari Uni Emirat Arab sangat besar. Selain mendukung pembangunan dan kegiatan operasional masjid, yayasan tersebut menjadi sponsor utama berbagai acara keislaman selama bulan ramadhan. 

Dukungan ini menjadikan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tidak hanya sebagai tempat ibadah akan tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan dakwah yang menyasar generasi muda. Menariknya, masjid ini juga mengadakan berbagai pelatihan keterampilan modern.

Misalnya seperti CNC milling, pengelolaan marketplace, dan penggunaan software zotero. Semua kegiatan ini dirancang untuk membekali anak-anak muda dengan kemampuan yang relevan di era digital, namun tetap dalam bingkai nilai-nilai islam. 

Selain kemegahannya, tempat ini juga sarat makna karena memiliki latar belakang yang kuat. Sejarah Masjid Raya Syekh Zayid Solo menjadi bukti dan simbol persahabatan antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. 

Masjid Raya Syekh Zayid Solo bukan hanya tempat ibadah akan tetapi juga menjelma menjadi destinasi wisata religi yang digemari. Bahkan banyak wisatawan dari luar kota yang datang ke Solo khusus untuk ke Masjid Syekh Zayid ini.

Buat kamu yang sedang liburan di Solo dan ingin mobilitas yang lebih fleksibel, jangan ragu untuk sewa motor di Brother Trans. Kami menyediakan berbagai jenis sepeda motor yang bisa kamu pilih untuk menjelajahi kota budaya ini dengan lebih leluasa. 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai harga, syarat dan cara pemesanan, kamu bisa menghubungi admin Brother Trans melalui kontak yang tersedia.

Leave a Comment